INDONESIA, AKU ADA ; PENDIDIKAN BANGSAKU
Abad ke-21 merupakan era penentuan pilihan prioritas untuk maju dan mampu memberikan jawaban terhadap tantangan-tantangan global. Tantangan dan perkembangan masyarakat di masa datang diantisipasi sebagai era teknologi, informasi dan globalisasi yang berakar pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Sistem kehidupan sosial, ekonomi, politik, ilmu, teknologi, seni dan bahkan agama. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai pendidikan sebagai peradaban yang luhur yang mampu mengubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik di masa depan. Pendidikan merupakan satu element penting untuk menjawab tantangan itu. Pendidikan adalah usaha sadar dan sederhana yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan untuk memanusiakan manusia.
Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 sampai 2016 sekarang ini atau sudah lebih dari 71 tahun, Indonesia sudah melaksanakan sistem pendidikan nasional, namun dampaknya belum signifikan dalam pembangunan Indonesia. Ignatius G. Saksono (2010) merinci beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh pendidikan antara masalah kelangsungan hidup bangsa, budaya korupsi, ketidakadilan yang menyebabkan kemiskinan, konsumerisme dan budaya materialistik, kerusakan lingkungan hidup, bahaya narkoba, merosotnya mutu hasil pendidikan formal, dan maraknya komersialisasi pendididikan.
Nadjamuddin Ramly (2005) menyebutkan beberapa isu kritis pendidikan Indonesia antara lain: mogok kerja guru, Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi yang komersial, Sistem Evaluasi yang tidak akomodatif, masuknya investasi asing dalam bidang pendidikan, kewenangan penyelenggaraan pendidikan bagi daerah yang mengalami penyimpangan, kemampuan guru yang lemah dalam menguasai materi ajar, institusi pendidikan menjadi kontributor pengangguran terdidik, meterialis medan egoisme sektoral ilmuwan, pendidikan menjadi ajang bisnis murahan, dan terjadinya pendidikan yang hanya menguasai materi ajar bukan pembinaan perilaku dan moral dan tidak adanya pajak untuk pendidikan. Selain masalah seperti yang disebutkan di atas, media masa juga memberitakan terjadinya kekerasan dan konflik sosial, mutu sumber daya manusia (SDM) yang dinilai rendah dibandingkan dengan beberapa negara berkembang lainya, kemampuan membaca, matematika dan sains siswa SD Indonesia yang dinilai rendah.
Indonesia dikenal sebagai pengekspor tenaga kerja murah untuk jenis pekerjaan kasar ke negara-negara lain. Secara umum pendidikan masyarakat Indonesia masih sekitar 5,5 tahun. Indikator-indikator di atas menunjukan bahwa sistem pendidikan nasional Indonesia belum berfungsi maksimal. Belum maksimalnya fungsi sistem pendidikan nasional menimbulkan pertanyaan: apakah ini terjadi karena ketika tahun 1945 Indonesia merdeka, 90 persen penduduk Indonesia buta huruf dan 10 persen sisanya berpendidikan sekolah 3 dan 2 tahun, sehingga waktu lebih dari 70 tahun dirasa belum cukup bagi sistem pendidikan nasional untuk membawa Indonesia sesuai cita-cita kemerdekaan? Tapi kenapa banyak fakta negara-negara lain, seperti China dengan 1,3 miliar, Malaysia, Vietnam dan lain-lain berhasil maju?
Ketika sistem pendidikan nasional dituntut terus berjalan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan, maka
pertanyaannya adalah apa yang salah dalam pendidikan Indonesia (what’s wrong with our education)? Sisi manakah yang harus dibenahi agar sistem pendidikan nasional berjalan menuju cita-cita yang terkandung dalam mukadimah UUD 1945?
Sebuah kekuatan yang besar untuk memajukan pendidikan Indonesia ada pada diri kita semua terutama generasi penerus bangsa yang akan menjadi tombak pembangunan bangsa Indonesia ke depan. Aku ada untuk Indonesia adalah simbol kekuatan yang harus terus di gerakkan oleh segenap masyarakat Indonesia untuk konsentrasi penuh dalam hal pendidikan. Kita semua dapat melihat dari berbagai kegiatan anak muda seperti yang di lakukan oleh Anies Baswedan yaitu dengan Indonesia Mengajar. Ini adalah bukti yang nyata dalam kehidupan pendidikan bangsa Indonesia untuk terus maju dan bersemangat dalam melakukan perubahan bagi bangsa Indonesia ke depannya melalui mengajar. Ini adalah bukti bahwa aku ( youth generation ) ada dan peduli terhadap pendidikan Indonesia.
Selain itu, usaha untuk peduli pendidikan juga sering kita lihat melalui kegiatan-kegiatan seperti rumah belajar, rumah baca, perpustakaan rakyat dan lain lain yang sering di kampanyekan di media sosial dengan berbagai aksi dan tagline itu adalah bukti yang nyata yang dilakukan untuk membuka jendela negri ini, bangsa ini untuk menjadi bangsa yang bermartabat melalui pendidikan yang berperadaban.
Mari sejenak lupakan korupsi itu, lupakan meterialis medan egoisme sektoral ilmuwan, dan lupakan hasrat dalam komersialisasi pendididikan itu. Tataplah ke depan dan ke sekelling anda, lihatlah bahwa di ujung timur Indonesia itu, di ujung paling barat Indonesia itu, di perbatasan Indonesia Malaysia itu ternyata masih banyak mereka saudara-saudara kita, geneerasi penerus bangsa yang tidak pernah tersentuh oleh tangan para penguasa. Pernahkah kita memikirkan mereka? Pernahkah kita take action untuk membantu mereka? Bukankah Umar bin Khatab mengatakan bahwa hidup yang baik adalah hidup yang bermanfaat untuk sesama.
Lets do something for them guys !! tunjukkan bahwa kamu ada untuk Indonesia. Dan senantiasa berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk pendidikan Indonesia tercinta melalui karya-karya nyata yang memberikan pengaruh besar untuk perubahan bangsa untuk lebih baik ke depan. Ingatlah bahwa kamu adalah Agent social of Chance yang mampu berdikari dengan kemampuan yang mumpuni untuk negri dan ibu pertiwi. Ketika kamu tidak menjadi bagian dari penyelesaian masalah, maka dapat dipastikan kamu adalah masalah utamanya.
Disisi lain, peran pemerintah sangat di perlukan untuk menjaga kelangsungan pendidikan di negri ini. Pemerintah tidak boleh menutup mata atas semua permasalahan yang terjadi dan harus menjadi (Problem Solver) di era ini. Pemerintah harus cerdas dalam mengambil sikap dan tindakan agar pemerataan pendidikan disini terjawab.
Created by Anita
( Member of Yayasan Insan Cita Bangsa )
Comments